segar

Assalamu'alaykum,,,,,

sugeng rawuh di blog ini,,,,,
semoga bermanfaat,,



Minggu, 23 Mei 2010

Minah,,

Minah namanya
Kami bertetangga
Saat aku belajar makan telur
Dia makan dari kunyahan biyungnya
Saat aku pergi berseragam
Dia membuat tikar di depan rumah

Kami bermain lompat tali, petak umpet, gobak sodor dan lainnya
Dia jago!

Saat aku mulai kenal fisika
Dia mengenal majikannya di luar sana
Saat orang tuaku bingung membayar uang gedung
Orang tuanya gembira akan buah peluhnya
Ketika aku pusing memilih jurusan
Dia harus terjaga di tengah malam,,meneteki anaknya

Kini aku berdiri dengan Minah, Minah, Minah, Minah dan Minah lainnya
mengelilingiku

Adakah mereka ingin sepertiku?
Ataukah mereka menikmatinya?

tak tahu apa

malam ini ku merasa sangat letih
malam ini ku merasa begitu banyak bebanku
malam ini ku merasa
tak tahu apa rasanya
hingga ku hanya ingin
ku hanya ingin di sini,,,,,

malam ini ku merasa sangat lelah
malam ini ku merasa begitu rumit hidupku
malam ini ku merasa
tak tahu apa rasanya
hingga ku hanya ingin
ku hanya ingin di sini
tak melakukan apa-apa,,,,,,,,

lupa,,

Baru saja kemarin aku ingat
Bagaimana harus bersujud, menangis dan berserah

Baru saja tadi aku lupa
Lupa bagaimana harus mengingat

Aku sengaja lupa atau diberi lupa?
Aku bertanya sekali lagi
Apakah ini bernama lupa?

Baru saja aku ingin betul-betul mengingat..

jadi orang tua asuh yuukk,,,

saya dan teman saya seperguruan dan satu morfologi bernama y**i tadi ke rumah zakat,,, qta cari info tentang jadi orang tua asuh,,dan hasilnya seperti ini:
1. Beasiswa ceria SD per bulan 155rb
2. Beasiswa ceria SMP 180rb
3. beasiswa ceria SMA 205rb
4. Beasiswa ceria mahasiswa 500rb
dan masih banyak program keren lainnya.

anaknya boleh milih,,anak yang terdaftar adalah anak2 yang ga mampu, banyak yang yatim,,dengan ibu yang kerja berpenghasilan minim per bulan..kasian d,,

sebaiknya selama setahun ato lebih bagus lagi mpe anaknya luluss. satu anak bisa barengan koq,, pembayaran bisa lewat transfer,,bisa di semua bank.

dan ternyata waiting listnya masih banyak,,,banyak yang belum dpt orang tua asuh,,,kasian d,, So,,kesempatan kita buat bantu,,memberikan hak mereka di rejeki qta,,tabungan masa depan,,, mari bergerakk!!

PeRpisahaN,,,

Ini dia sebuah kata yang sebisa mungkin dihindari oleh banyak pihak karena memang hampir selalu sarat akan suasana tak mengenakkan. Terbayang sudah kesenduan melanda karena harus mengakhiri kebersamaan dengan sesuatu atau seseorang yang berarti. Diiringi nada minor yang menyayat dengan setting hujan gerimis dan pelibatan secara aktif kelenjar air mata, maka lengkap sudah menjadi sebuah adegan andalan kisah sedih perpisahan, sinetron sekali.

Tapi apapun itu, perpisahan memang identik dengan rasa tak nyaman, seperti apa yang sedang terjadi pada diri saya. Sebuah diagnosis atas gejala dan tanda serta hasil pemeriksaan laboratorium, membuat saya harus berpisah meski tidak selamanya, dengan sesuatu yang ternyata sudah menjadi bagian yang luar biasa penting dalam hidup saya. Demi keselamatan organ tubuh saya yang jarang mengeluh meski mengemban tugas nan berat selama hidupnya, sedapat mungkin saya harus mengucapkan selamat tinggal kepada sesuatu yang sudah menjadikan hidup saya begitu bergairah, dialah rasa pedas. Ya,, capcaisin, biang keladi dari rasa ini, hampir tak terpisahkan dari lidah setiap kali saya menyantap makanan. Cabai ataupun merica sudah laksana sahabat sejati yang akan selalu saya cari. Sambal adalah primadona, sesederhana apapun hidangan dalam piring saya.

Pedas, cabai, sambal,, sudah saya kenal sejak kecil. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh saya pun diiringi dengan gairah mereka dengan intensitas dan kualitas yang semakin bertambah. Batas ambang yang membuat saya kepedesan pun lambat laun meningkat, hingga berbagai julukan saya dapatkan. Bukannya saya mau jadi jagoan, toh ada beberapa teman yang lebih gila lagi memperlakukan cabai rawit pada setiap gigitan gorengannya, tapi memang rasa pedas sudah menjadi kebutuhan dasar layaknya nasi bagi orang-orang negri ini. Alhamdulillah, jarang ada masalah berarti pada sistem pencernaan saya, rupanya mereka sudah dengan cerdasnya beradaptasi, atau memaklumi? entahlah. Kadang saya merasa tak adil terhadap mereka karena lebih sering menganakemaskan lidah dan jarang peduli apakah mereka merasa tersiksa atas segala sesuatu yang saya sodorkan.

Perpisahan ini pun menyisakan pilu dan kehampaan. Makanan yang sebelumnya terasa begitu menggoda, kini meredup pesonanya. Waktu makan, sesuatu yang selama ini menjadi waktu yang ditunggu, sekarang tak lagi istimewa malah berubah status menjadi beban. Waow,,,sebegitu berartikah rasa pedas,,saya sendiri heran. Tapi, seperti nasehat ibu saya, ini adalah salah satu episode hidup saya untuk menjadi manusia yang tak pernah dan tak boleh berhenti untuk belajar sabar, seseuatu yang begitu indah dan dicintai,,kapanpun dan dengan media apapun,, semoga. Dan perpisahan sebenarnya tak melulu berujung sedih,,,pasti ada hikmah di sana.

Tak hAnya diAm,,

Judulnya seperti lagunya Padi ya,, tak bermaksud apa-apa hanya kebetulan kata-kata inilah yang pas.
Semoga coretan ini tak kalah dengan lagu-lagu Padi yang berkualitas itu,,,,,

Beberapa waktu yang lalu saya pergi ke sebuah kota yang legendaris bagi hidup saya. Bertemu dengan kawan lama,,ah senangya. Lama tak bersua kami pun saling bercerita dan bertanya tentang kabar, keluarga dan kehidupan seperti apa yang sedang dijalani. Banyak hal yang saya dapatkan, salah satunya adalah merintis dan membuka usaha, menjadi anak muda yang berpenghasilan, seperti yang sejak lama saya impikan, kreatif dan mandiri. Namun dari cerita-cerita yang mengalir begitu saja tanpa plot dan alur terencana, ada satu hal yang membuat saya takjub dan berpikir. Seorang kawan bercerita tentang sebuah rutinitas luar biasa yang dilakoninya setiap bulan, yaitu menyetor uang ke sebuah lembaga sosial terpercaya yang salah satu kegiatannya membiayai anak-anak tak mampu untuk sekolah. Ya,,kawan saya merupakan donatur atau bisa disebut orang tua asuh dari seorang anak yang dihentikan langkahnya oleh dunia untuk meraih masa depan. Dia bukan seorang yang terlahir dari keluarga kaya atau berkesempatan mengendarai mobil bagus ke kampus. Ini adalah sebuah indikator bahwa semua orang asal punya keinginan, bisa melakukannya. Tidak terlalu banyak uang yang harus dikeluarkan, yang jelas lebih murah dari harga-harga baju atau sepatu.

Tentu saja kawan saya ini tak bermaksud untuk menyombongkan kedermawanannya, tapi ia hanya sekedar ingin berbagi dan menginspirasi. Tujuan itu berhasil, saya pun terinspirasi dan sekaligus iri. Selama ini yang bisa saya lakukan baru sebatas menyumbangkan perasaan iba untuk anak-anak yang tak mampu sekolah atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu tidak ada, paling-paling menyalahkan pemerintah atau tikus-tikus negara tentang kesemrawutan berkepanjangan yang mengakibatkan banyaknya anak-anak putus sekolah yang kemudian kegiatanya sehari-hari menengadahkan tangan berharap uang recehan. Tak sedikit pula yang kemudian menjadi korban kejahatan atau bahkan sebagai penganut kriminalitas. Semakin dewasa kerusakan yang di buat akan semakin nyata.

Keadaan ini sudah menjadi musuh bersama dan butuh usaha ekstra serta jangka lama untuk menuntaskannya. Banyak pihak sudah melancarkan aksinya untuk menjadi bagian dari perubahan, termasuk kawan saya itu. Lalu saya? Jarang sekali saya melihat ke arah teman-teman yang tak beruntung itu. Padahal di depan mata, di desa tempat saya tinggal, banyak anak-anak yang harus puas dengan seragam merah putihnya dan hanya mampu bercita-cita menjadi seorang 'bakul lombok' saja. Bagi para perempuan muda diharuskan menjadi tangguh di usia yang lebih dini, pergi ke kota atau ke luar negri menjadi pembantu rumah tangga. Lalu beberapa tahun kemudian kepulangan mereka disambut seorang bujang yang siap meminang. Sebelum usia berkepala dua, mereka sudah menjadi wanita dengan gravida dua, yang bertanggung jawab atas masa depan anak-anaknya ditengah keterbatasan, seperti yang dialami oleh teman-teman saya sebaya.

Ah, malu rasanya, karena setelah saya tinjau ulang, banyak waktu yang saya habiskan untuk mengeluh. Saya mudah menyerah oleh kemalasan yang bersandar saat ingin belajar. Baru sebentar membaca buku rasa kantuk pun menyerbu. Padahal ini adalah sebuah kesempatan yang tak semua orang bisa merasakan. Ini merupakan kenikmatan yang seharusnya saya syukuri tanpa henti, bisa menuntut ilmu, dan punya uang saku.
Dan kita harus berbuat sesuatu seperti kawan saya itu,bermanfaat bagi diri kita dan dunia,,dan tak boleh kehilangan kesempatan untuk menjadi bagian dari perubahan.

coba peRhatikaN,,

Akhir-akhir ini saya mempunyai kebiasaan baru, disaat pagi dan menjelang petang,,,melihat pohon,,agak aneh kedengarannya, tapi begitulah. Sebuah pohon besar berdiri tegak persis di depan mata saat membuka pintu lantai atas rumah kos saya tercinta, lebih tepatnya pohon mangga besar milik tetangga depan, meskipun besarnya kalah dengan bangunan rumah di sebelahnya yang menjulang. Ya,,sang pohon berada di tengah peradaban manusia yang tak mengenal turunnya harga tanah, hingga memanfaatkannya dengan sepenuh jiwa untuk kelangsungan dan obsesi hidup,,dan akhirnya makhluk seperti pohon hanya mendapat tempat sisa,,sempit, sesak, belum lagi himpitan semen diatasnya yang menambah keterbatasan. Tapi sang pohon di depan rumah sepertinya tabah,,

Ia bukanlah pohon satu-satunya di area pemukiman tempat saya tinggal, ada beberapa pohon lainnya, tapi memang ia yang paling banyak berperan menyumbang kebutuhan paru-paru manusia di sekitarnya. Bersama pohon yang lain yang sudah biasa tak dianggap penting, berlomba menyerap karbondioksida yang semakin melimpah saja sebagai bahan makanan, sangat mandiri dan luar biasa berjasa bagi manusia. Belum lagi buah-buahan yang dihasilkan dan perlindungan dari sengatan UV penyebab berbagai kerusakan. Pantas saja mereka begitu dimuliakan oleh manusia paling mulia, menanam pohon hari ini bila besok akan mati. Wah,,tak boleh dipandang sebelah mata begitu saja,,apalagi turut andil dalam pemusnahannya

Pagi itu udara sejuk, ingin rasanya mengunci mati hawa ini agar tetap bertahan sampai nanti siang atau bahkan sampai kapanpun hingga melunturkan kesan kota tempat saya ditempa ini sebagai kota yang panas tak nyaman. Ah,,tapi tidak mungkin, ya sudahlah nikmati saja, karena justru dengan hawa panas menyiksa itu, kesejukan terasa menjadi sesuatu yang tak hanya biasa-biasa saja, tapi diidamkan hingga berbuah kesyukuran. Setalah membuka pintu, pandangan mata saya lansung tertuju pada sang pohon yang terlihat anggun, dengan daun lebat hijau menentramkan, dan heii,, banyak burung hinggap di sana, entah apa namanya. Burung- burung berkicau meriah sekali, tak ada yang diam ataupun bermalas-malasan melewatkan indahnya pagi, semua beraktivitas dan bersosialisasi. Mungkin ada yang yang bernyanyi, ngobrol, menggosip, berdiskusi tentang berita hari ini atau sekedar menyapa menanyakan kabar. Emmm,, jika Nabi Sulaiman masih ada, mungkin beliau akan berkata " ngawur kamu,,dengarlah,,mereka sedang bertasbih memuja Penciptanya,," Saya jadi malu,,

Ada kehidupan di sana,,layaknya rumah yang nyaman,,sang pohon menjadi tempat singgah sekelompok burung. Dan lebih dari itu, tak hanya tinggal tapi juga beregenerasi,,sang pohon cukup dipercaya untuk menjadi tempat yang aman bagi generasi penerus, di tengah suasana dunia yang memilukan, anak-anak butuh suasana nyaman untuk pertumbuhan yang optimal hingga kelak bisa meneruskan perjuangan menuju mimpi yang diinginkan. Dan sang pohon sepertinya sangat mengerti akan peran dan tanggung jawab itu,,dan berusaha untuk bertahan menjaga kepercayaan dengan tetap berdiri tegak menjalankan apa yang semestinya dilakukan.

Menjelang petang, saat udara mencapai titik jenuhnya,,sang pohon menjadi tempat pulang burung-burung, setia,,,dan mempesona,,ah,,ingin rasanya menjadi seperti dia,,

MiiiAaauuuww,,,,,,,

Coretan ini sebenarnya sudah lama ingin saya buat,,tapi rupanya stase pertama begitu melelahkan, menjerat pikiran,,

Berawal dari suatu siang yang sibuk, semua orang di sana, termasuk saya, seperti punya dunia sendiri, tak ingin gangguan sedikitpun sambil berharap uluran tangan pertolongan untuk meringankan sedikit beban yang rupanya semakin memuncak,, udara pun tak hanya terasa gerah, tapi memang gerah, tak ada pendingin ruangan, ventilasi juga tak memadai,,dengan kombinasi aroma keringat, darah, obat dan ketuban yang tak terlupakan,, sumpek.

Di tengah suasana hiruk pikuk tersebut ternyata ada salah satu penghuni yang sepertinya tak merasakan derita serupa,, seekor kucing sedang pulas tertidur di bawah papan nama perempuan-perempuan mulia yang akan, tengah, maupun telah berjuang melahirkan seorang anak manusia. Sang kucing tampak begitu menikmati tidur siangnya,mungkin sedang bermimpi indah atau bahkan tanpa mimpi sama sekali,, tanpa peduli kehebohan disekitarnya, damai,,jadi iri. Ya, kucing memang layak disebut sebagai penghuni, karena dia memang hidup di sini, di sebuah tempat besar yang amat kompleks berisi segala ilmu tentang kehidupan yang saling berpadu dan sesekali beradu ataupun terdiam dalam ambigu bernama Rumah Sakit. Saya sendiri yang seorang dokter muda mungkin malah kalah status dengan para kucing, karena kami di sini hanyalah tamu yang sedang menjemput ilmu.

Sejak awal,saya sungguh heran dan bertanya-tanya kenapa ada begitu banyak kucing di rumah sakit, bukankah dengan adanya mereka suasana jadi terlihat kurang bersih? belum lagi saat mereka melancarkan aksinya, mengobrak-abrik tempat sampah atau tempat makan jatah,, Sudah adakah upaya mengusir spesies ini dan berakhir dengan kegagalan ataukah memang keberadaan mereka dipertahankan? Ingin sekali rasanya saya menelusuri sejarah terbentuknya dinasti kucing di rumah sakit ini, tapi rasa penasaran itu tergusur oleh ttv,vt,his,djj, dan rekan-rekanya yang menguras segenap energi.

Ya,,sudahlah,,mau tak mau saya akhirnya berusaha menerima keberadaan mereka, tak tahu kalau teman saya, yang tegas sekali menolak untuk berada di dekat kucing dalam radius berapapun. Dan lama-lama saya percaya bahwa mereka memiliki peran yang lebih dari sekedar menjadi tameng merebaknya spesies lain yang lebih tak tahu malu..

Tapi kehidupan kucing di rumah sakit ternyata berat juga,,mereka harus terbiasa dengan tangisan,kesedihan dan ketakutan para pengidap keganasan, diikuti keharuan yang tercipta oleh kesabaran luar biasa para suami atau anak meladeni segala kebutuhan dan rasa sakit serta keluh kesah orang yang dicinta. Para kucing juga mulai terbiasa dengan teriakan para calon ibu yang menahan sakit bertubi-tubi demi tangisan bayi yang diidam-idamkan,,dan di sisi lain,,melihat wajah-wajah para ayah yang gelisah , penuh doa dan harap menanti berjam-jam.

Para kucing ini pun mungkin tak asing lagi dengan tegangan tinggi yang sering muncul dari dinamika kehidupan para pencari ilmu di sekitarnya, calon manusia setengah dewa yang belajar untuk mengerti benar tentang apa yang dihadapi dan apa yang harus dilakukan,,yang harus terus mencari tahu tanpa sedikitpun meninggalkan tanggung jawab,,diiringi berbagai tekanan dan sakit hati karena kesalahan selalu saja terjadi hingga pada akhirnya hanya bisa menertawakan kebodohan diri. Tapi langkah harus terus ke depan,,meski tubuh sendiri kadang tak terlalu dihiraukan,,

Para kucing mungkin pusing,,tapi banyak suasana yang bisa dinikmati di sela-sela kesibukannya mencari makan,,keindahan silaturahmi dirasakan kuat, dari para penunggu pasien yang rela tidur beralaskan tikar di emperan bangsal,berjejalan,,makan nasi bungkusan dengan tangan ataupun sekedar gorengan,,tapi tak tampak derita yang berarti,,malah lebih sering canda tawa bertebaran,,berkenalan, berbagi pengalaman, teman baru, saudara baru,,senasib sepenanggungan. Atau binar ceria yang terpancar dari kelulusan,,atau keberhasilan suatu tindakan.

Ya, ternyata kucing-kucing rumah sakit ini memiliki peran lebih. Rumah sakit bak layar kaca, di dalamnya terjadi banyak peristiwa yang menegangkan, takut, sedih, haru, lucu, kecewa, bahagia maupun perasaan yang tak terekspresikan. Dan para kucing ini menjadi saksi yang tak merepotkan karena tak akan protes ataupun minta perlindungan, dan bila dimintai kesaksian pada saatnya nanti dia tak akan mengungkapkan kebohongan.
Miiiaaauuuww.......

Kenikmatan Bis Ekonomi: gayeng!

Bagi saya, berbicara tentang bis ekonomi memang tak ada henti,,karena penuh dengan serba-serbi yang seringkali menjadi inspirasi atau hanya sekedar terlewati. Inilah,,sebuah dunia, suasana, dan teman setia yang mengisi hidup saya selama kurang lebih delapan tahun terakhir. Wow,,lama juga ya, sudah semakin tua saja saya. Banyak sekali hal-hal yang terjadi sepanjang persahabatan saya dengannya, entah apalagi di masa datang, karena sepertinya masih lama waktu yang akan saya habiskan bersamanya.

Salah satu sisi yang menarik dari bis ekonomi adalah sajian musik yang disuguhkan oleh para musisi jalanan yang jumlahnya semakin lama semakin tak terhingga. Sangat beragam,,dari mulai mereka yang suaranya bernada bahkan bervibra yang tak kalah dengan vokalis band-band ternama bertarif ratusan juta sampai mereka yang suaranya memekakkan telinga, membuat pening kepala dan hanya menambah keruwetan saja. Dari mulai mas-mas bertato, entah gambar naga atau cacing, dengan mata yang agak merah entah karena begadang atau menenggak minuman yang membawakan lagu-lagu melayu, yang memang digandrungi sebagian besar penghuni republik ini, sampai ibu-ibu muda yang menyanyikan tembang-tembang lawas, dengan pelafalan yang sempurna, bak seorang diva yang sedang tampil di konser tunggalnya.

Para pengamen bis antarkota ini juga memiliki cara tersendiri dalam upaya menarik para pendengarnya memasukkan rupiah dalam kantong ajaib kusut yang berjasa itu. Ada yang membawakan lagu, entah dari dunia mana lagu tersebut tercipta, intinya, syair yang diucapkan menusuk tajam hati para penumpang dengan sindiran yang cukup pedas bagi mereka yang tak mau membagi rejeki baik dengan sengaja atau pura-pura memejamkan mata. Ada juga yang mengingatkan tentang hidup manusia yang hanya menghamba, lewat lagu-lagu religi yang diseliipi kata-kata nyleneh,, hingga suasana tak jadi syahdu tapi malah lucu dan agak "wagu". Lalu ada lagi yang sedikit bermodal, biasanya cara ini dilakukan oleh mereka-mereka para pengamen belia yang mengatasnamakan pendidikan dan pengabdian terhadap orang tua sebagai latar belakang terjunnya mereka dalam hiruk pikuk dunia pengamen. Mereka membagikan amplop yang bertuliskan sebuah paragraf layaknya surat permintaan donatur atau surat keterangan syarat pengajuan beasiswa, namun dibuat diluar aturan penulisan dan ala kadarnya.
Oh ya,, ada juga yang hanya bermodalkan irama yang dihasilkan dari pertemuan "simbal" nelangsa khas pengamen, terbuat dari tutup kaleng atau seng yang dipaku di sebuah kayu. Dan suatu kali saya pernah mendapati seorang pengamen tuna wicara yang hanya menggoyang-goyangkan benda itu saja, tanpa nada, tanpa irama. Agak pedih melihatnya, tapi begitulah,,


Kreativitas juga muncul dari segi alat musik. Sebagian besar menggunakan gitar yang memang lekat sekali dengan pengamen. Ada juga yang memakai keyboard kecil, biola, harmonika bahkan gendang unik terbuat dari barang-barang bekas yang merupakan favorit saya. Ya,,ini dia yang saya nanti saat menggunakan jasa bis ekonomi, yaitu kehadiran sekawanan musisi jalanan dengan alat musik favorit saya ini. Gendang lugu ini terbuat dari beberapa pralon yang bagian atasnya ditutup karet ban bekas dan diikat dengan kawat, ditambah tumpukan seng bulat-bulat kecil yang berfungsi sebagai simbal di bagian samping. Benda yang apabila ditepuk menghasilkan bunyi tak kalah dengan gendang yang sebenarnya ini berpadu dengan irama gitar kencrung yang khas,,hanya cukup satu gitar mungill sudah bisa menciptakan musik rhytem dan melodi secara bersamaan,, mengiringi lantunan lagu campursari yang dibawakan sepenuh hati, sampai merem melek, apik dengan cengkok dan pecahan suara di bagian-bagian tertentu,,suasana pun jadi segar, meriah dan gayeng! Kadang terbayang saat mereka menghitung pendapatan di penghujung hari sambil menghitung apakah cukup untuk hidup,,bersama anak istri.

Keberadaan para pengamen ini sebagian besar mungkin mengganggu apalagi yang main paksa saat meminta,, dan yang jelas memprihatinkan karena jumlahnya semakin banyak. Pengamen identik dengan kehidupan brutal jalanan yang hidupnya tidak karuan, membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang tak berguna bahkan merusak. Mereka terkesan malas untuk berusaha mencari pekerjaan yang sebenarnya, lain dengan para pedagang asongan atapun pedagang kaki lima yang tampak lebih berjuang dan bekerja keras,, hingga alasan ini menjadi sebuah dilema bagi para dermawan untuk menghargai kerja para pengamen. Tapi apakah memang kemalasan yang menjadi penyebab? atau ada penyebab lain seperti lapangan pekerjaan yang sulit, pendidikan dan keahlian yang minim, kesempatan usaha yang terlalu sempit, dan sebagainya. Ah,,rasanya terlalu kompleks dan njlimet jika berpikir sampai sedemikian rupa hanya untuk membagi kebahagiaan dengan memberikan sebagian kecil rejeki untuk mereka,, selanjutnya akan digunakan untuk apa sepertinya sudah bukan urusan kita, ya,, cukup berdoa saja semoga bermanfaat,,,

seikat bayam dan roti isi

pagi itu,bersama sepedaku yg kusayangi,aq pergi ke pasar. wah,pasar ini sudah begitu gegap gempita sejak fajar. salut!orang2 dsini berhasil meninggalkan satu perbuatan yg dibenci Tuhannya,yaitu kembali tidur stelah sholat subuh..semoga aq bs terhindar dari jeratan itu. aq mau memasak!ya,rupanya cara ini fantastis dlm rangka mensukseskan program penghematanku. tp aq blm punya rencana utk memasak apa,yg jelas ada lauk,sayur,dan sambal,paduan sderhana yg luar biasa. aq berpikir,memaksa pikiran dan hati bekerja utk menentukan pilihan,ternyata pekerjaan ibu rumah tangga ini tidak segampang itu,memerlukan berbagai cabang ilmu utk memecahkanya. emm..aq beli ikan saja,,lebih fleksibel dan murah,meski jenis ikan ini agak diragukan status gizinya. selanjutnya?oh y sayur,,tak byk perbendaharaan sayur mayur dimemoriku,selain karena ibuku tercinta yg tak mengenalkan byk jenis sayur tp dari kecil aq selalu diintervensi dg hal yg satu ini,aq jg tdk tahu bgamana cara memasaknya. aha..rupanya ada sesuatu yg menggiurkan disana!berikat-ikat bayam yg hijau dan segar begitu menggoda,seakan berkata:wahai penghuni pasar yg sibuk,inilah aq,lahir dari alam yg tidak tercemar yg mampu membahagiakanmu.. ah,kartun sekali!akupun memtuskan utk membeli satu ikat..wow,terlihat begitu cantik di keranjang sepedaku. sesampai dirumah,aq tak sbar untuk segera beraksi di dapur. kumulai dg meracik sayur. bayam ini sungguh menarik,tampak batangnya sehat dan subur,daunnya pun hijau segar. aq buka ikatanya,memisahkan daun dan batangnya,sambil bersenandung..subhanallah,
pagi yg indah. tapi..saat aq tiba dibagian tengah ikatan..rasa kecewa tiba-tiba datang tanpa kompromi,menyeruak tanpa toleransi. di bagian tengah ikatan yg jauh dr pandangan mata pembeli,ternyata terdapat sekelompok bayam yg menyedihkan,kurus,kecil,layu,bagaikan penderita marasmus yg tak dipedulikan pemerintah. aq jd berpikir,berprasangka,,apakah aq ditipu oleh penjual bayam?atau harapanku yg terlalu tinggi?atau ini memang sudah merupakan kebiasaan dlm sistem di republik ini?karena memang saat ini byk tindakan yg sebenarny kriminal,tp sudah naik kasta menjadi sesuatu yg biasa,mengakar,dan membuat hati menjadi tawar..sePerti menyontek dan titip absen.
 
kekecewaan terhadap bayam ini membuatku berpikir semakin jauh. Ini seperti sebuah perumpamaan atas kehidupan nyata manusia. Aku menemukan banyak orang,,mungkin kadang aku sendiri,,yang tidak berbeda dengan seikat bayam ini,,bagus diluar tapi didalamnya mengecewakan, hingga tak jarang membuat marah, sakit, sebel, menyesal dan tentu saja kecewa.
Memperpanjang kekecewaan sama saja dengan memperpendek kebahagiaan,dan itu artinya memperpendek hidup. Aku mencoba untuk membayangkan sesuatu yang indah-indah,,dan entah kenapa yang nyangkut adalah roti isi yang ada di toko-toko roti mahal itu. Cukup masuk ke dalam toko saja, sensasinya luar biasa, bagaimana tidak, sederetan roti yang cantik menempati posisinya masing2,,sungguh menarik, dengan rasa,warna dan pesona yang berbeda-beda. Tiap roti memiliki potensi dan keindahan nya sendiri, dan mereka sungguh bersahaja dengna kelebihan yang dimiliki. tidak pernah merasa lebih dari yang lain. Roti rasa coklat tak merasa lebih mulia dari rasa keju, rasa blueberry tidak merasa lebih hebat dari rasa strawberry dan sebagainya, karena mereka sudah punya penggemar dan penikmat masing2. Sungguh indah jika setiap kita bisa bercermin dari roti-roti itu,,tak perlu sama untuk menjadi hebat tanpa merasa lebih dari yang lain,,,

Donat VS Pukis

Saat aku melihat ada kotak makanan lain yg juga beredar di kelas, aku bertanya-tanya dan sedikit was-was. Kemunculannya dapat diartika sebagai terancamnya pasar donatku yang begitu aku banggakan itu. Aku punya saingan!! KeKhawatiran itu semakin memuncak saat ku tahu pesaingku adalah "Pukis" yang memiliki harga yang lebih murah dan lebih fleksibel. KePDanku pun menyusut,,,terbayang bagaimana jika donat2ku menjadi begitu sabar berada dalam kotaknya sampai siang dan terpaksa turun harga asalkan bisa balik modal buat esok hari.
Tapi,,Alhamdulillah,,petun
juk itu datang, lebih tepatnya didatangkan padaku. Hingga membuat pikiranku menjadi sedikit terbuka. Aku mulai bergerak untuk melihat situasi ini lebih dekat. Muncul memori positif yang berhasil menyumbangkan sebuah senyuman,,bahwa,,"rejeki itu sudah diatur,,sudah ada jatahnya masing2.." dan Ajaib!ada sesuatu yg ingin keluar dari otakku,,dorongan dan semangat untuk tetap mempertahankan donat kesayanganku! dan aku pun mulai berpikir untuk menemukan cara agar donat2ku tetap laku terjual,,kreativitas dan optimismeku pun dipertaruhkan. tapi walaupun cara itu belum nyata tergambar,,tp paling tidak aku masih tetap bersemangat dan tersenyum bangga menenteng donatku kemana-mana.. Alhamdulillah,,

Kenikmatan Bis eKonomi,,,

Tas ransel ini terasa semakin berat, apalagi memang ukuran ransel ini bisa dikatakan kurang ergonomis untuk tubuhku yang tidak tinggi besar.Gastrocnemius dan teman-temannya sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi perjuangan yang berat Untuk kesekian kalinya aku dipersilakan untuk berdiri,,alias tidak kebagian tempat duduk di bis ini. Inilah salah satu produk yang ditawarkan kepada para penumpang bis ekonomi antar kota ,selain hiburan musisi jalanan,asongan,dan bau-bauan tak sedap, seperti rokok!

Ada suatu kebiasaan yang sesungguhnya merupakan bukti nyata ketidakadilan,,yaitu tarif yang tidak berbeda sedikitpun antara penumpang yang duduk nyaman sambil terkantuk-kantuk mengikuti irama roda dengan penumpang yang berdiri, yang harus memposisikan diri dengan benar saat terdesak kondektur, pedagang,atau pengamen yang hilir mudik serta senantiasa mencari pegangan yang kuat apalagi saat pak supir yang berjiwa pembalap tiba-tiba menginjak pedal rem! Mau protes juga nggak ada gunanya,, mau lapor dirjen transportasi apalagi..

Walaupun demikian, aku masih menyimpan harapan..berharap ada penumpang dari salah satu tempat duduk yang turun. Tapi rupanya harapanku terlalu pemalu hingga tak berani menampakkan diri,, tidak ada informasi sedikitpun tentang daftar tempat duduk penumpang beserta dimana tempat mereka masing-masing turun yang aku dapat baik dari percakapan mereka dengan kondektur maupun penumpang lain. Aku juga tak punya kekuatan super untuk menerawang dimana saja para penumpang yang sekian banyak ini akan turun. Belum lagi harapanku ini harus tebagi dengan penumpang lain yang senasib.

Tapi,,baiklah,,,kuputuskan
untuk menikmati saja keadaan ini. Toh aku masih bisa menikmati pemandangan diluar sana yang warna-warni, melihat pak tani yang terlihat begitu mungil diantara sawah yang terbentang, mengingatkanku betapa diri ini sungguh sangat-sangat mini di hadapan Sang pencipta diantara bentangan bumi dan jagad raya.

Subhanallah,,,Maha Suci Allah,,,tanpa diduga, tanpa prakiraan cuaca,,seorang ibu yang duduk disebelahku tiba-tiba berdiri,,,dan bagaikan fatamorgana yang menjadi nyata beliau mempersilakanku duduk di jok yang ditingalkannya. Alhamdulilliah.... betapa nikmat,,, duduk itu,,sesuatu yang kecil yang baru dianggap keberadaannya saat kita kehilangan..dan jarang sekali disyukuri seperti nikmat bernafas,tidur,makan,belanja,buang air,kentut dan lainnya. Tapi,,,ada hal lain yang lebih menarik akalku untuk berpikir, adalah, kenapa penumpang di sebelahku yang turun? kenapa bukan sebelahnya sebelahku yang turun,, atau sebelahnya sebelah sebelahku? kebetulankah?
Bukan! ini bukan suatu kebetulan,,ini adalah sebuah rencana. Pada rencana kali ini, aku sebagai tokoh utama, mendapatkan hadiah berupa tempat duduk. Hei,,ini yang namanya rizki,, bukan karena aku lebih baik atau lebih cantik dari penumpang lain yang berdiri,,tapi karena inilah rizkiku,,Allah yang menganugerahkanya untukku,, dan satu hal yang sedang kupersiapkan, kukemas dengan indah,,dan kuhaturkan dengan ramah adalah kesyukuran,,, Alhamdulillah,,terimakasih Yaa Allah,,atas nikmat yang tak terhinggakan,,,

Cinta Ayah,,,,,,,

bismillah,,,

Ramadhan sudah melenggang beberapa hari, semakin mempesona saja,, terutama untuk jiwa-jiwa yang rindu.
Di salah satu hari yang telah berlalu itu, aku dipertemukan dengan sebuah kenyataan indah. Saat itu, aku sedang menulis data diri untuk pembuatan KTM koas,,wah bangganya. Setelah nama, tempat tanggal lahir, golongan darah dan alamat, aku harus menuliskan nama ayahku, lancar, sambil tersenyum, melihat tahun lahirku yang lebih awal dari teman-teman sebaya,yang memancing cela dan tawa, yang kadang mencuatkan ide untuk melayamgkan protes kepada orang tuaku, kenapa aku telat disekolahkan. Ah, tapi terlalu naif untuk protes apalagi menyalahkan dua orang yang mulia itu, karena di desaku saat itu memang tidak ada TK. Ya,,aku terlahir di tempat yang indah nan terpencil, yang menjadikan aku musafir sejak TK.

Sudahlah,,kembali ke hari itu, hari di saat aku menulis data diri. Setelah lancar menulis kolom demi kolom,,aku terhenti sejenak di kolom terakhir,,kolom itu berjudul,,lulusan terakhir,,aku sempat bingung,, yang dimaksud kolom ini, lulusan terkhirnya siapa?aku atau nama di kolom sebelumnya,,ayahku? Namun kebimbangan itu tidak berlangsung lama, sudah ada petunjuk, pada baris di atasnya ada tulisan S2. Jelas, itu artinya judul kolom tadi ditujukan untuk ayahku. Lalu,,aku terhenti kembali,,dengan perasaan yang tak tahu bagaimana aku melukiskannya, aku pun menulis dua huruf, keduanya huruf kapital, menggambarkan kesahajaan untuk ditempatkan di kolom ini, mereka adalah SD. Sempat ku urutkan semua baris di kolom itu, ku buka lembaran-lembaran form itu, berharap menemukan padanannya. Tapi hasilnya nihil, bahkan tiga huruf kapital yang merupakan tingkatan persis di atasnya, tidak juga kutemukan..

Astaghfirullah,,apakah yang aku maksud dengan perasaan yang tak terlukiskan itu? apakah malu?? Tidak! aku sudah pastikan betul2 bahwa bukan itu perasaanku. apakah sedih? mungkin,, terasa iba atas kesempatan menjadi manusia berpendidikan tinggi yang tidak berkunjung ke dalam kehidupan ayahku. Terharu? ya,,teringat betapa luar biasa perjuangan dan pengorbanannya atas diriku untuk bisa mengantarku sampai ke masa sekarang ini. Bangga? pasti. Ayahku hebat. Keterbatasan dan kekurangan bukan halangan untuk bermimpi dan berikhtiar.

Huff,,,air mataku tak mau kalah, mau ikut2 keluar seperti huruf-huruf ini..

Ayahku tak berstetoskop, tak berkutat dengan jurnal atau buku-buku tebal, tak berkawan dengan kantor bertingkat, lift, internet, dan mobil bagus. Ayahku bersahabat dengan alam yang hijau, udara yang bersih dan dingin, makanan rendah lemak dan kaya serat, air yang bening dan segar,tanah yang gembur, tetangga yang ramah, dan kesunyian yang tenang. Ayahku dekat dengan kesederhanaan namun jauh dari kesempitan harapan, dekat dengan demokrasi berkasih sayang namun jauh dari keterbelakangan pikir dan emosi. Meskipun kadang terjadi ketidakcocokan di hatiku atas beberapa hal, tapi itu manusiawi, itu indah dan mengandung hikmah.

Yaa Allah,,Yaa Rahman Yaa Rahim,,
Sayangilah ayahku jauh melebihi kasih sayangnya padaku di waktu aku kecil,,
Muliakanlah kedudukannya di sisiMu,,,
Bahagiakanlah ia di dunia dan di akhirat,,
Golongkanlah ia ke dalam golongan hambaMu yang sholeh,,
Ampuni sekelam apapun masa lalunya,,
Jadikan sekecil apapun pengorbanan dan perjuanganya membesarkanku dan kakak kakaku sebagai amal sholeh yang bernilai tinggi dihadapanMu,,,
Ijinkan aku menjadi jalan kebaikan untuknya, tau bagaimana membalas budi dan membahagiakannya,,
Pertemukanlah kami kembali di surgaMu,,
Amiin..

Untuk ibuku tersayang,,sungguh tak pantas jika aku memuliakanmu di bagian sisa ini,,

alhamdulillah,,

Andai Ramadhan Bisa Bicara,,

Andai ramadhan bisa bicara,,
Dia mungkin akan menyapaku hangat dipagi hari "Hei,,ayo bangun,,kau sudah terlalu banyak tidur,, emm,,dengan terpaksa kukatakan bahwa kau telah rugi,,saat2 setelah subuh tadi harusnya kau gunakan untuk tilawah,,mengagungkan Rabb mu atau apalah amalan yang lain,,tapi sudahlah,kau harus menatap ke depan,,oh ya, hati-hati, nanti siang tidurnya bentar aja ya, jangan lupa diniatkan untuk ibadah, jadikan tidur siang sebagai bala bantuan untuk lancarnya ibadah di waktu malam,, "

Andai ramadhan bisa bicara,,
Dia mungkin tersenyum sambil berkata,," eh,,,kenapa malah ngobrol lama-lama begitu,,nggak penting lagi, eits,tunggu!kayaknya sempet ngomongin orang juga ya,,hummph.. ayo jangan bengong,, beranjak lah,,jemput paket-paket surga yang ku bawa,,"

Andai ramadhan bisa bicara,,
Akankah dia kesal dan berkata,,"Aduh,,,gimana sih, katanya tidak akan melewatkanku begitu saja,,,koq malah lebih mikirin hal lain daripada mikir gimana caranya memperbanyak amal? katanya pengen bisa maksimal meraih keistimewaanku, koq malah asyik belanja, nyari baju, fb-an,nonton tv,,ayo dong waktu2 yang begitu berharga ini,nikmat yang,,ah,,,kau bahkan tak sanggup menanggung keindahannya,,gunakan untuk hal2 yang lebih baik!ya,, kesenangan itu boleh lah, tapi jangan berlama-lama,,perbanyak sunnah2,,baca buku ,dateng ke kajian2,hafalan surat-surat,mengadakan acara sosial, bantu orang tua atau teman,,atau yang lain,,ayo semangatt meraup bonus-bonus luar biasa ini!! "

Andai ramadhan bisa bicara,,
Dia mungkin akan sedih,,dan berkata " duhai mahkluk Allah yang paling sempurna,,jika kau memang benar-benar ingin menggapai cintaNya,,tak seharusnya kau melewatiku tanpa mengingatNya tiap waktu, melakukan apapun hanya agar Dia suka,,dan tak menjajah hatimu dengan sesuatu yang bisa membuatNya murka,, jika kau menginginkan jaminan kebahagiaan abadi yang ku bawa,, tak seharusnya kau sholat tanpa khusyuk,, kau puasa tapi maksiat seperti biasa,, kau membaca AlQuran tapi pikiran berkeliaran,,melewati malam tanpa bermunajat,,,berdoalah sebanyak mungkin,,minta ampun atau apapun,,karena Allah suka saat kau memohon,,jika kau ingin pulang dalam keindahan,,ayolah,, ,aku tunggu jamuanmu dengan amalan2 yang sempurna,,,"

dan akupun menjawab,,, iya,,aku inginkan semua itu,,dan aku hanya butuh pertolonganNya,,agar kesanggupan dan kemampuan tak beranjak dariku,,setiap waktu,,

duA pULuh tiGa,,

Alhamdulillah,,,
Akupun sampai di usia ini,,dua puluh tiga tahun,,wah,,tidak terasa,,apalagi bagi orang tua dan kedua kakakku, sepertinya di mata mereka aku masih seorang anak kecil bernama vindi, dengan seperangkat sikap dan kebiasaan yang kumiliki. Aku sendiri masih merasa tak jauh dari pandangan mereka. Dengan kecerobohan dan kekusaman hati yang masih setia menemani dan tentu saja tinggi badan yang hanya bertambah beberapa senti. Tapi apakah nyaris tanpa perubahan? ya tidak,,perubahan bukan alergen bagi hidupku, aku senantiasa berubah, berubah dari buruk menjadi agak baik, agak baik menjadi baik, baik menjadi lebih baik maupun lebih baik menjadi kembali buruk,,

Kata orang, aku sudah tidak lagi berada dalam periode masa pencarian jati diri,,istilah yang memusingkan,,kini aku harus bersedia dilekati oleh suatu simbol bernama dewasa atau matang. Pertanyaanya, apakah aku kini sudah dewasa?? entahlah,,bagaimana menilainya aku juga tidak tahu, minta pendapat orang juga untuk apa,,yang jelas aku tidak terlalu memikirkannya,,, aku lebih sibuk untuk mengumandangkan kepada setiap bagian tubuhku untuk selalu berusaha mencari kebenaran. Tak seberat yang kau bayangkan kawan,, Ya,,menurutku hidup itu untuk mencari kebenaran, hingga kemudian tahu bagaimana menjadi hamba yang benar, menjadi anak yang benar, menjadi teman yang benar maupun menjadi pembuang sampah yang benar, termasuk bagaimana cara yang benar untuk bersyukur, bersabar, berprasangka dan masih banyak lagi yang lain. Mencari kebenaran memboyong perjuangan, proses belajar dan tentu saja berpikir,,ah,,sedih sekali harus menuliskan hal yang satu ini, berpikir. Otakku tak terlalu sering melakukannya, tak terlatih,,hingga sering terkalahkan oleh sebuah jaringan kejahatan yang melumpuhkan bahkan mampu melenyapkan mimpi, bernama malas! payah,,,

Dua puluh tiga,,,eits ternyata itu bukan bilangan yang kecil,,apalagi jika dikonversi ke hitungan hari, jam, menit atau bahkan detik, wah,,banyak, jangan-jangan porsi terbanyak dikuasai oleh aktivitasku memejamkan mata,,tidur,, Oh,, Dan di balik bilangan banyak itu, masih terlalu sedikit hal berguna yang sudah kubuahkan. Lihatlah, bagaimana seorang Doni Tata sudah berlaga di mata dunia dengan kemampuan melesatkan motor balapnya diusia yang begitu muda, seorang Gita Gutawa yang sangat bertalenta tak henti menyumbangkan bangga untuk ayah ibunya, sederet anak-anak dan remaja cerdas yang bermedali internasonal, remaja-remaja penghafal AlQur'an,,maupun seorang sahabat Rosul yang begitu gagah berani menjadi panglima perang disaat masih belia. Betapa jauh aku dari mereka,,rasanya seperti belum berbuat apa-apa, padahal begitu banyak modal yang telah Allah anugerahkan, waktu dan nikmat yang tak terhinggakan,,

Lalu apa yang akan aku lakukan?? akankah dua puluh tiga ini menambah daftar kesalahanku pada catatan-catatan Atid? ataukah terisi dengan hal-hal biasa dan luar biasa hingga membuat Roqib pegal linu mencatatkannya? Ya,,aku hanya bisa berusaha untuk terus mencari kebenaran, terus berharap menemukannya hingga pantas bertemu dengan Sang Maha Kebenaran dalam suasana yang indah,,bisa membahagiakan orang-orang yang disekitarku dan bermanfaat bagi diriku, mereka dan dunia,,

"hanya padaMu kupercayakan,,karena kuyakin Kau kan beriku keindahan,,"

tak sekedar mencuci,,,

Wow,,baju-baju kotor sudah kembali menjulang,,kalau difoto mungkin ekspresi wajahku akan tampak begitu nelangsa ketika memandangnya. Saatnya mencuci! Tidakk,,,keengganan sudah bersandar ditubuhku dari kemarin, ingin rasanya memusnahkan saja kegiatan ini dari muka bumi,,hehe. Hmm,,tapi,,keputusan untuk menunda sepertinya tidak bijaksana. Mari mencuci,,, Pasukan disiapkan,,ritual dijalankan,,

Saat tangan ini mulai meluncurkan aksi spektakulernya,,mengucek,,
tiba-tiba aku teringat sesuatu,, sebuah lagu pernah tercipta saat aku melakukan hal ini,,Ya! lagu perdana yang membuatku percaya diri bahwa aku bisa memelodikan kata-kata,,lahir saat aku mencuci,,emm,, Memangnya ada yang istimewa dengan hal melelahkan tersebut? Mari telusuri,,

Mencuci adalah pekerjaan tangan,,pekerjaan otot,, lalu apa yang terjadi dengan pikiran? apa yang dilakukan otak saat itu? Nganggur,,Ya, saat mencuci adalah saat otak bersantai,,(sepertinya otak di kepalaku akrab dengan kegiatan ini) mungkin dia sedang berleha-leha sambil menikmati teh hangatnya di beranda,, karena saat itu dia hanya melakukan hal sepele tentang bagaimana caranya supaya pakaian bisa bersih,, amat sangat jauh dari potensi dan kapasitasnya.

Nah,,itulah saat-saat gemilang untuk menjemput sesuatu yang tak mudah datang,,Inspirasi, ide, mimpi,,atau bahkan yang lebih dahsyat lagi,,petunjuk dan hidayah! Tentu saja hal-hal luar biasa tersebut tak datang serta merta, tapi ada pintu gerbangnya,,yaitu dengan mempekerjakan otak, dan hati juga jangan tertinggal,,memanfaatkan waktu santainya,,berpikir,, Kelihatannya berat sekali yaa,, ah,,tidak begitu,,coba saja. Ssstt,,,katanya berpikir adalah salah satu kebiasaan manusia yang dicintaiNya,,,ah,,indahnya. Sayang,,tak bosan-bosannya aku menghinggapi pikiran dan hati dengan sesuatu yang tak berguna,,buruk bahkan.

Sebenarnya,,jika kesadaran selalu setia menemani,,banyak aktivitas potensial lainnya,,seperti menyapu, menyetrika, ngepel, naik bis, menunggu, mandi, buang air, saat berangkat ke sekolah,kampus atau tempat kerja,,dan sebagainya. Bahkan,,sebuah lagu yang ternyata merupakan jalan rizqi,,tercipta saat aku sedang memancing di belakang rumah,,
Ya, tentunya tak sekedar berkutat dengan karya seni,,tapi lebih dari itu,, memikirkan strategi bagaimana supaya aku tak jadi dokter yang mengenaskan,,memikirkan apa yang akan aku lakukan di masa mendatang,, memikirkan betapa luar biasanya tubuh ini hingga aku sendiri tak mengerti bagaimana sistem super canggih yang bekerja di dalamnya, hingga,,menyadari betapa tidak ada daun yang sama dari tanaman-tanaman yang kulewati sepanjang perjalanan pulang,,dan,,jika hal tersebut mendarah dalam kehidupan,,segala sesuatu yang dilakukan akan terasa bermakna,,tidak hanya lewat begitu saja,,bertujuan.

Satu hal,,yang sebenarnya menjadi nadi nyanyian di atas adalah hal klise yang tak asing bagi telinga, mata, mulut, pikiran dan hati,, manfaatkan modal utama,,yang tak ada beda sedikitpun antar manusia,,,,yaitu waktu.

semoga kesempatan selalu Allah berikan,,diiringi dengan kesanggupan dan keikhlasan,,amin.

Sabtu, 22 Mei 2010

cimol,,oh cimoL,,,

Di tengah-tengah panasnya drama cicak melawan buaya, kontroversi menteri, berita tentang bencana yang sepertinya kok setia,,kemeriahan infotaiment yang tak ada surutnya,,dan kekhawatiran tentang dunia yang makin menua,,saya berhenti sejenak pada satu titik waktu yang menggelitik.

Waktu itu,,saya sedang menikmati sarapan istimewa, saya sebut istimewa karena tak setiap hari saya berkesempatan menyantapnya,,yaitu nasi pecel pedas dan bakwan montok yang hangat,, emm,,nyummy,,nikmat dan menenangkan,,karena tak perlu pusing dengan harga.
Di sela perhelatan saya di warung berwarna hijau yang selalu ramai itu,,pandangan saya tertuju pada suasana meriah di seberang sana,,sebuah sekolah yang letaknya persis di depan warung. Sepertinya itu adalah saat jam istirahat. Luar biasa,,anak-anak sekolah berseragam putih merah dan putih biru tumpah ruah di depan gerbang menyerbu pedagang-pedagang makanan yang siap memberikan pelayanan prima dan supersaji untuk mereka. Rupanya anak-anak itu begitu antusias,,hingga para pedagang pun kewalahan,,

Wah,,saya seperti dibawa kembali ke masa 10 tahun yang lalu. Tak berbeda,,antusias, keceriaan, hingga harus berebutan karena dering bel akan terdengar sebentar lagi ,,ah,,lucunya,, bahkan jenis makanan yang ditawarkan ternyata tak banyak berubah,,tak jauh dari duet mantab antara tepung dan MSG dengan sedikit modifikasi dan kreativitas lugu yang selalu digemari. CimoL, ciLok, cireng, siomay, batagor,,mie lidi, dan sebagainya,,,itulah deretan makanan- makanan ternama, papan atas, dan legendaris sepanjang sejarah anak sekolah.
Entah kenapa,,jajanan-jajanan tadi selalu saja juara,,mengalahkan jajanan di kantin yang lebih berkelas dan lebih higienis dengan kandungan gizi yang mungkin lebih baik,, dan yang jelas,,jajanan ini menyematkan kerinduan,,,

Tapi,,di sisi lain,,ada hal yang tak bisa ditinggalkan dari euforia si cimoL dan kawan-kawannya. Lepas dari benar atau tidaknya peran MSG dalam menggerogoti kecerdasan,,tapi memang jajanan-jajanan ini jauh dari esensi sebuah makanan yang pada dasarnya adalah untuk pemenuh kebutuhan tubuh,,bukan semata memanjakan si lidah tak bertulang itu. Padahal seorang anak di masa pertumbuhanya sedang butuh-butuhnya asupan yang berkualitas,, Kalau sehari-hari tubuh dimasuki tepung dan bumbu penyedap dengan sedikit campuran pengawet,,dan berpaling pada makanan rumah yang sudah dimasak susah payah,,rasanya pertumbuhan optimal yang tentunya akan menunjang perkembangan sulit untuk dicapai. Kalau sudah begitu,,akhirnya sampailah pada kualitas manusia di negeri ini yang tak memuaskan. Lho,,koq malah sampai sin ngomongnya,,tapi ya begitulah,,terlalu banyak hal yang bisa dihubungkan dalam hidup ini.

Lalu,,apakah harus ditiadakan saja para pedagang-pedagang yang mencari nafkah di depan sekolah itu?? kerahkan satpol pp seabrek untuk menggusur?? ah,tentu tidak,,berlebihan sekali,, Arahan untuk membuat makanan yang lebih sehat dan bersih tanpa mengubah jenis, mungkin akan lebih bijaksana,,walaupun belum terpikir sistemnya akan seperti apa. Peran keluarga,,terutama ibu,,sungguh sangat diharapkan,,untuk bisa mengoptimalkan kecerdasan anak-anak dan jauh dari tindakan menghambat apalagi merusak ciptaan gemilang itu. tapi perlu diingat, kekangan yang terlalu erat malah membahayakan. wah,,jadi tidak sabar untuk beraksi di dapur dan meja makan menyiapakan bekal untuk anak ke sekolah,,,haha,,semoga tak terampas oleh rutinitas dan kesibukan.

tak ada kesimpulan,,,hanya ingin supaya generasi ke depan lebih baik,,

Tinggiku 147,5 cm??

Aku tersentak! saat aku tahu hasil pengukuran tinggi badanku hanya mandeg di angka 147,5 cm,,saja! ah,, itu tidak mungkin,karena selama ini yang kutahu tinggi badanku 149 cm,,ya!149 cm, jauh dari permintaan para panitia kontes kecantikan, tapi cukuplah untuk bisa naik Tornado di Dufan,,walaupun agak ngeri krn tempat duduknya agak tidak proposional untukku.
Aku jadi ingat, saat SD dulu perasaan aku tidak sependek ini,,cuma berbeda sedikitlah dengnan teman2ku,,tapi semakin lama aku dibawa ke kumpulan orang2 yang lebih tinggi dariku,,hingga muncul celotehan2 menggelikan yang mereka ucapkan padaku,,agak malu memang,tapi aku bahagia,,aku merasa spesial. Sayangnya,,saat aku bertemu dengan teman2 SD, ternyata mereka terlihat menjulang,,meningglkanku di angka 149,,hal ini sepertinya agak menggeser pendapat tentang pengaruh defisiensi iodium terhadap tinggi badanku.
Ada banyak kisah dan pengalaman hidup yang kualami karena 149 cm ini,,seperti selalu menjadi penjuru kecil saat berbaris, tak pernah jadi petugas pengibar bendera saat upacara atau kaki yang menggantung saat duduk di jok bis. Tapi...Alhamdulillah pengalaman2 itu tidak terlalu menyesakkan seperti orang lain yang harus menerima penolakan2 saat mereka melamar pekerjaan yang menempatkan tinggi badan sebagai prioritas utama, dan hal itu menjadi warna warni hidup yang sengaja Allah hadiahkan untukku.
Sepertinya aku atau siapapun akan menjadi begitu bodoh saat kecewa dengan tubuh yang kita miliki. Betapa tidak! tubuh manusia bagaimana pun bentuknya merupakan harta karun ilmu pengetahuan dan keindahan. Dia tersusun atas bertrilyun2 benda ajaib bernama sel! dalam tubuh manusia terdapat sistem yang begitu kompleks,canggih dan sangat teratur. Belum lagi kemampuan yang luar biasa,,termasuk membuat film transformer yang keren itu. Rasanya tak cukup kita bersyukur walau mengucap hamdalah sebanyak sel yang ada di dalam tubuh ini setiap harinya.
Apapun keadaan tubuh ini,,tak ada alasan untuk tidak berkarya atau menghalangi diri mengeluarkan potensi luar biasanya..

janGan LAgi biAsa,,,

Iring-iringan kendaraan yang begitu rapat dan padat membuatku harus lebih waspada mengemudikan si roda dua, apalagi di belakangku ada ibuku sayang yang harus kulindungi sepenuh jiwa,,hehe. Ya, aku menjadi bagian dari pawai akbar tak tertulis yang terjadi tiap tahun di moment fitri yang indah,,mudik lebaran. Tapi aku bukan salah satu dari pemudik,,aku hanya penambah volume saja, perjalananku mempunyai tujuan yang berbeda, yaitu menjemput rahmat Tuhanku,,di rumah sakit, di tempat saudaraku terbaring berteman infus dan dan obat. Jadi ingat sebuah lagu " Tuhan,,baru kusadar,,indah nikmat sehat itu,,tak pandai aku bersyukur,," cantik sekali Edcoustic memelodikannya.

Kembali ke suasana perjalanan yang lama-lama semakin ruwet saja. Banyak hal menarik yang tertangkap indera penglihatanku,,mobil-mobil
bagus, plat-plat aneh, pom bensin yang menjadi begitu meriah, orang-orang berpose di depan bentangan alam pegunungan, motor sarat muatan dengan penambahan body hingga overload dan terlihat begitu nelangsa, ataupun anak kecil berhelm maupun tidak yang terpapar angin dan gas-gas jahat duduk di depan ayahnya yang bejaket tebal di atas motor. Tapi dari semua peristiwa yang kusaksikan, ada satu hal yang entah kenapa begitu berhasil menusuk pikiranku, yaitu saat mobil di depanku tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari jendela samping kiri, sebuah bungkus plastik makanan ringan,, Tak istimewa bukan? Yaa,,benar sekali hal itu tak istimewa, karena memang sudah menjadi biasa, bahkan mungkin hal biasa yang tangan kita lakukan. Bungkus makanan yang sudah ditinggal isinya dan sekarang berubah status menjadi sampah,,di buang semena-mena ke bibir jalan raya yang tak bersalah itu dan mungkin tanpa rasa bersalah si pelaku,,ah,,kan cuma satu,,nggak akan bikin kotor apalagi banjir,, Ya,,bolehlah pemikiran seperti itu, asal dengan satu syarat saja,,si pelaku harus menjamin bahwa semua orang tak dirasuki pikiran yang sama!

Hak sampah untuk di buang di tempatnya sudah biasa tak dipenuhi. sayang sekali,,hal ini tidak hanya terjadi di jalan raya,,tapi juga melanda jalan kampung, taman, halaman rumah, sekolah, pasar, tempat makan, selokan, lapangan, rumah sakit, kendaraan umum, bahkan ruang kuliah dan masjid! Padahal jelas sekali bahwa merampas hak sampah untuk di buang di tempat sampah sama dengan merampas hak lingkungan untuk menjadi bersih, asri dan ramah kepada para penghuninya. Jika lingkungan tak bersih, apalagi dijejali dengan sampah primadona tak tercerna dengan mudah bernama plastik,,yang terjadi adalah kerusakan. Allah sungguh tak suka akan hal itu.

Jadi ingat dengan seorang teman waktu sekolah dulu,,dia suka mengoleksi sampah di tas bagian depan. Jorok ya,, ah,,tapi menurutku temanku ini mulia,,dia tak segan menjadikan tasnya tempat singgah sementara sampah-sampah yang dihasilkan dari kegiatan jajan, untuk kemudian diletakkan di tempat sesungguhnya, tempat sampah, saat tiba waktu pulang sekolah.

jangan lagi biasa untuk meninggalkan sampah dan menelantarkannya,,
jangan lagi biasa tak merasa malu, tak merasa bersalah mengotori sekitar kita,,
jangan lagi biasa untuk membuat bumi berduka,,,